Anda mudah sekali kehilangan arah di dalam badai. Ketika masalah-masalah yang tak terduga muncul. Saat kita mencapai titik putus harapan adalah saat yang mengerikan.
Tetapi di saat sulit itu TUHAN berkata, “Jangan takut, Aku mempunyai sebuah rencana.” Orang-orang yang menghadapi penderitaan hebat merasa sulit untuk memfokuskan diri pada hal lain kecuali gelombang yang tinggi dan angin yang kencang. Paulus dengan tegas mengatakan, “Bersukacitalah… Kami telah mendengar dari Tuhan bahwa tidak ada seorang pun akan binasa.”
Kita menemukan stabilitas dalam badai melalui apa yang TUHAN katakan. Kecenderungan kita adalah berpaling pada sumber kekuatan lain selain firman TUHAN. Jangan pergi ke sana! Satu-satunya kendali yang akan memegang Anda dengan kuat, tidak peduli betapa hebat angin badai itu, adalah firman TUHAN yang tertulis. Karena itu berserahlah. Sebab firman-Nya: “Jangan takut, Aku memanggil engkau dengan namamu.” (baca juga Yesaya 43: 1-2)
Jadi sebenarnya yang memegang kendali atas badai dalam hidup kita adalah Tuhan. Percayalah kalau Tuhan sanggup mengendalikan segala sesuatu. Jika sekalipun kondisi atau situasi terburuk sekalipun dalam hidup kita itu diizinkan terjadi oleh Tuhan, itu ada maksud baiknya yang mendatangkan kebaikan nantinya. (Roma 8 : 28)
Hari-hari ini respon bagaimanakah yang kita perlihatkan ketika kita mengalami badai atau ujian yang Tuhan izinkan terjadi ? Apakah kita mengerutu, mengeluh, atau justru sebaliknya ?
Respon apakah yang kita keluarkan ketika kita menghadapi ujian hidup ? Percayalah setiap ujian yang Tuhan izinkan itu untuk mendatangkan kebaikan buat kita semua. Dan agar kita dapat belajar dari hal itu, sehingga kita dapat lebih dewasa Rohani.
Ada satu statement yang pernah saya dapatkan yaitu “Bukan Benar atau Salah yang Penting adalah Respon”. Respon kitalah yang menentukan ke depannya. Apakah respon kita mengeluh dan marah, sehingga berakibat hal A, atau justru sebaliknya respon kita benar, sehingga hasilnya adalah hal B, yang tentunya lebih baik.
2. Rasul Paulus Tidak Membiarkan Keegoisan Menguasainya
- Kesatuan adalah rahasia untuk bertahan hidup.
- Ill. Pecundang dalam film pasti mati.
Yang kedua, Anda membutuhkan sauh “kesatuan” (Kis. Rasul 27:27-32). Paulus tahu bahwa tetap bersama-sama adalah rahasia agar mereka dapat bertahan hidup. Ada godaan kuat untuk meninggalkan kapal dan membiarkan setiap orang menjaga diri masing-masing. Tidak ada cara untuk bertahan di dalam badai. Ketika air bertambah dangkal, rasa takut bahwa kapal itu akan kandas semakin meningkat. Tetapi Paulus memperingatkan bahwa jika orang-orang menyelamatkan diri mereka sendiri, itu berarti bahwa mereka akan berhadapan dengan kematian.
Kecenderungan kita dalam kesulitan yang mengerikan adalah lebih baik menghindari masalah ketimbang menghadapinya. Sifat manusiawi kita ingin mundur ke suatu tempat di mana kita bisa sendirian, mengunci pintu, dan menutup gorden. Apabila kita menyendiri, kita semakin tenggelam di dalam depresi. Tragisnya, beberapa orang berpaling kepada minuman keras, obat-obatan terlarang, dan yang lebih buruk lagi, pada senjata api. Dalam situasi yang sulit, kita memerlukan dukungan keluarga, teman-teman, dan khususnya umat TUHAN. Jangan coba-coba melarikan diri dari persoalan. Tetaplah berhubungan dengan orang-orang yang paling mencintai Anda, yang akan berada bersama Anda, bagaimanapun keadaan Anda.
3. Rasul Paulus Sadar Bahwa Mereka Memerlukan Kekuatan Yang Baru
- Rasul Paulus mendorong orang-orang itu untuk makan dan diperbarui. Tetapi pertama-tama ia berdoa. Mereka semua berdoa – ay.33-36
- Pembaharuan rohani khususnya datang melalui doa. Carilah tuntunan-Nya. Jangan berhenti sampai Anda yakin Anda telah mengerti apa maksud TUHAN.Yang ketiga, Anda membutuhkan sauh “pembaharuan” (Kisah Rasul 27:33-36). Dapatkah Anda membayangkan memerangi badai selama dua minggu dan sama sekali tidak makan? Itulah yang dialami oleh orang-orang yang berada di kapal bersama Paulus. Yang lebih menakjubkan, dengan cara seperti itulah sebagian besar orang merespons badai kehidupan. Kita membuat tangki kita kering karena kita berperang sendirian, dan akhirnya kita lemah secara fisik, kekeringan secara rohani, dan tidak bisa tidur. Sauh pembaharuan menjaga kita dari penipisan anatomis seperti itu. Sebaliknya, Paulus mendorong orang-orang itu untuk makan dan diperbarui. Tetapi pertama-tama ia berdoa. Mereka semua berdoa.
Dapatkah Anda membayangkan cerita itu? Badai mengamuk, sementara hampir 300 orang menundukkan kepala di dalam doa ketika Paulus bersyukur untuk makanan yang sedikit, kemudian semua orang di kapal itu makan bersama-sama. Dalam situasi yang sulit, apabila Anda tidak berdoa bersama-sama, maka Anda akan menemukan diri Anda kekeringan secara rohani. Meningkatnya ketidakstabilan emosi dipadu dengan turunnya pembaruan rohani bisa fatal bagi iman Anda. Pembaharuan rohani khususnya datang melalui doa. Carilah tuntunan-Nya. Jangan berhenti sampai Anda yakin Anda telah mengerti apa maksud TUHAN. Itulah yang dicontohkan Paulus di geladak kapal.
Di tengah-tengah badai dahsyat yang Anda alami, Anda membutuhkan sauh yang keempat yaitu sauh “realitas” (Kisah Para Rasul 27:41-44).
Sauh realitas berkata, “Melompatlah sekarang. Jangan pasif. Ikutlah bertindak!” Satu-satunya cara mereka keluar dari badai dengan selamat adalah, mereka semua harus masuk ke dalam air dan berenang ke pantai. Realitas itu meliputi kapal yang mulai pecah. Realitas memaksa mereka untuk mengambil tindakan. Semua yang ingin melalui badai perlu terlibat dalam proses. Tidak seorang pun dijanjikan untuk memperoleh kelepasan secara ajaib.
Rencana terbaik untuk bertahan di tengah badai adalah persiapan. Tidak satu pun nelayan berpengalaman atau kapten kapal yang bertanggung jawab akan melintasi lautan terbuka tanpa memiliki pengetahuan menyeluruh tentang peralatan kapal dan tanpa memastikan segala sesuatunya bekerja sebagaimana mestinya. Jarang sekali mereka berangkat tanpa terlebih dahulu menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk memperhatikan tabel navigasi–mempelajari pola-pola cuaca dan jalan-jalan yang berbahaya. Dan mereka tidak pernah meninggalkan pelabuhan tanpa sauh. Itu pasti. Tidak ada seorang pun ingin mengalami karam kapal. Tetapi realitasnya, itu terjadi, bukan hanya di lautan terbuka, tetapi juga dalam kehidupan.
Rahasia untuk tetap bertahan hidup adalah apa yang Anda lakukan sebelumnya di perairan yang lebih tenang. Jika kehidupan Anda bebas dari badai, ambilah manfaat dari keadaan tenang ini. Luangkanlah waktu untuk mendalami firman Tuhan dan menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan Anda. Kita sangat perlu memegang janji-janji Allah, tempat kita menyandarkan diri dengan tenang.
“Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.”
(Yesaya 48:18)
4. Karena Rasul Paulus yakin Badai itu Tidak Membawa Kematian
- Ay. 34b – Tidak seorang pun di antara kamu akan kehilangan sehelai pun dari rambut kepalanya.
- Jaminan dari seorang yang begitu mempercayai TUHAN.
Komentar
Posting Komentar