Langsung ke konten utama

BENIH ITU HARUS MATI

 

BENIH ITU HARUS MATI

 


Dalam Yohanes 12, Yesus menjelaskan Kematian-Nya yang akan Dia alami, dan yang juga harus dialami oleh setiap pengikut Yesus. Dalam pasal inipun ada orang Yunani yang ingin berjumpa dengan Yesus.

ORANG YUNANI MENCARI YESUS

Yohanes 12:20,21, peristiwa ini terjadi ketika mereka akan merayakan paskah. Pada umumnya orang Israel merayakan 3 hari raya, yaitu:

  1. Paskah
  2. Pentakosta
  3. pondok daun-daunan

Dalam perayaan paskah kali ini, ada orang Yunani yang turut hadir. Mengapa bisa terjadi? Sedang orang Yunani adalah penyembah berhala dan dewi-dewi. Ternyata beberapa orang Yunani sudah mengimani hukum taurat, itu sebabnya mereka datang untuk paskah seperti orang Israel. Setibanya di kota Yerusalem, orang-orang Yunani tersebut menemui seorang murid Yesus yang bernama Filipus dan menyampaikan niatnya untuk bertemu Yesus. Ketika Filipus menyampaikan keinginan orang-orang Yunani ini kepada Yesus. Maka reaksi Yesus, Lukas 12:23 “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Yang dimaksud Yesus Saat Anak Manusia dimuliakan, adalah saat Yesus mati disalib. Yesus menjelaskan dampak apabila IA disalibkan.

 

BENIH ITU HARUS MATI

Dampak Yesus disalibkan, Yohanes 12:24 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”

Artinya kematian Yesus seperti biji gandum, Yesus harus mati di salib, seperti benih gandum, ditanam dan mati. Sebab jika benih gandum ditanam dan mati, ia menghasilkan banyak buah. Oleh sebab itu, bila Yesus (benih gandum) tidak jatuh ke tanah dan mati maka tidak akan ada orang yang sekualitas dengan Yesus.

 

BENIH ITU ADA DALAM KITA (1 YOHANES 3:9)

“Setiap orang yang lahir dari TUHAN, tidak (akan) berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat  berbuat dosa, karena ia lahir dari TUHAN.”  1 Yohanes 3:9

Seperti gandum menghasilkan kualitas gadum yang sama dari benihnya, demikianlah Yesus ingin kita sama seperti Dia yang adalah sumber dari segalanya. Dengan demikian, oleh kematian Yesus di salib, dunia akan dipenuhi orang percaya yang hidupnya sekualitas dengan Yesus. Kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, memiliki jabatan atau rakyat biasa, kita menjadi sekualitas dengan Yesus.

Bila kita ingin melihat lebih banyak jiwa-jiwa baru dihasilkan di Sabda Hayat, apakah Yesus harus disalib dan mati berulang-ulang? Ibrani 7:27 menuliskan bahwa Yesus mati hanya satu kali untuk menghapus semua dosa manusia. Lalu bagaimana agar banyak biji gadum di dunia ini? Jawabannya setiap anggota jemaat Sabda Hayat, sebagai pengikut Yesus, harus menjadi biji gandum yang mati, agar kita bisa menghasilkan lebih banyak biji gandum.

Satu biji gandum adalah Yesus, ketika biji tersebut mati dan ia akan bertumbuh dan muncul kecamba, berakar sehingga keluar bertumbuh menjadi tumbuhan baru.

Oleh sebab itu kita harus mati, tetapi bukan harus mati di salib, sama seperti Yesus. Melainkan

1 Petrus 4:1-2 " mematikan keinginan daging, mematikan keegoisan dan mengikuti kehendak TUHAN

 

BENIH YANG TIDAK PRODUKTIF

“Barangsia mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal” Yohanes 12:25

Illustrasi : benih yang takut mati akhirnya mati juga dipatok ayam.

Tidak sedikit orang Kristen, sudah 40-50 tahun menjadi Kristen namun mereka tetap sebiji gandum. Tidak bertambah dan bertumbuh sehingga tidak ada jiwa baru yang dimenangkan lewat cara hidup mereka. Sebab hidupnya tidak alami perubahan total, yaitu mati dari hidup lama dan alami hidup baru. Seperti biji gandum atau benih, apabila tidak ditanam dan mati, benih tersebut selain hanya sebiji, modelnya jelek/tidak menarik.

Kita harus membuang dan mengubur semua kehidupan lama kita, setelah itu baru bisa mulai yang baru. Ketika hidup kita sudah dibebaskan dan tidak lagi bergantung pada kekayaan & harta, pengetahuan & kepandaian, melainkan menyerahkan diri dan hidup kita sepenuhnya pada pemeliharaan dan pimpinan TUHAN.

Jika tidak demikian maka hidup kita seperti biji gandum yang TIDAK MAU jatuh ke dalam tanah dan mati, tetap hanya satu biji saja, hidup kita tidak akan bertumbuh & berbuah kalau hanya terus berfokus pada diri kita sendiri. (kekuatan gerak ke dalam).

Tetapi apabila benih itu ditanam ia akan berubah menjadi bentuk yang baru, indah dan mulia serta menghasilkan banyak buah yang baru. Hal tersebut nampak dari perubahan hidup kita.

 

BENIH YANG PRODUKTIF

Kita lihat bagaimana Tuhan Yesus telah memberi contoh dan teladan dalam hal menyangkal diri demi keselamatan umat manusia dan dunia ini. Bagi Tuhan Yesus , ajaran yang paling pokok dari kekristenan adalah penyangkalan diri. Syarat utama menjadi murid Kristus adalah menyangkal diri, kita harus bersedia untuk menyalibkan dan mematikan “keakuan” dan “pementingan diri sendiri” agar hidup kita menghasilkan buah yang berlipat ganda. Tetapi kalau kita mau menyangkal diri dan hidup kita mengalami kasih dan anugerah Tuhan maka seluruh kehidupan kita diarahkan oleh kekuatan gerak keluar, menjadi berkat bagi banyak orang.

Hal menyalibkan dan mematikan keakuan dan pementingan diri sendiri (menyangkal diri) bukanlah suatu yang mudah. Karena kita harus berjuang mengalahkan diri sendiri. Ada begitu banyak orang yang sukses dan besar di dunia ini karena berhasil mengalahkan lawan-lawan tangguhnya tetapi kemudian jatuh karena gagal menundukkan dirinya sendiri; gagal mengalahkan egonya.

Nah oleh sebab itu, dalam Yohanes 12:25 " Tuhan Yesus untuk lebih menjelaskan dan menekankan hal ini, memakai contoh lain dari kehidupan riil manusia dengan berkata, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya” Tuhan Yesus tahu ada banyak orang yang mencintai nyawanya, mencintai hidupnya sedemikian rupa, sehingga ia bersedia untuk berbuat apa saja, mengorbankan apa saja, menghalalkan segala cara, pokoknya asal hidup. Moral tidak penting lagi, prinsip tidak penting lagi. Suara hati nurani juga tidak penting. Yang penting: bagaimana memuaskan diri sendiri dan hidup enak. Tapi ironisnya, kita malah kehilangan makna hidup yang sesungguhnya.
Kalau kita menghayati hidup ini adalah anugerah Allah maka hidup kita ini terasa amat berharga. Karena sangat  berharga maka kita wajib menjaga dan memeliharanya. Tetapi seperti yang Tuhan Yesus ingatkan, hidup di dunia ini cuma sementara dan hanya satu kali. Jangan karena kita begitu menyayangi hidup kita yang sekali dan sementara ini, lalu kita mengorbankan segala-galanya.

Di dunia ini, kita hidup cuma sekali dan mati juga Cuma sekali. Karena itu, hidup dan matilah dengan terhormat. Jangan asal hidup, asal enak, asal senang kita menjual keyakinan kita, prinsip kita dan hati nurani kita. Itu berarti menjual harga diri kita sendiri. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita punya pengharapan bahwa masih ada hidup yang lain lagi yaitu hidup yang kekal, hal ini dimungkinkan karena Ia telah bangkit dari kematian dan hidup yang abadi. Inilah hidup yang sesungguhnya. “Untuk apa kita memperoleh segala sesuatu di dalam hidup yang sementara ini, tetapi kita kehilangan hidup yang kekal?”

JANJI TUHAN

Apabila kita jadi pengikut Yesus yang benar-benar alami kelahiran baru, seperti benih yang ditanam dan mati, kemudian menghasilkan banyak buah, Yohanes 12:24, maka janji Yesus:

  • Yohanes 12:26a “Barang siapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada.” Jika hidup Kristen kita produktif maka kita berada bersama Yesus yaitu di sebelah kanan Bapa, di sanalah kita akan berada, bersama- sama dengan Yesus. Seperti Yesus berada di sebelah kanan Bapa. Pelayanan yang dimaksud bukan hanya melayani di mimbar dan mengikuti sekolah Alkitab, tetapi cara hidup yang menghasilkan buah.
  • Yohanes 12:26b “Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Bapa meninggikan Yesus dan mengaruniakan nama di atas segala Nama.

Filipi 2:9 “Itulah sebabnya TUHAN sangat meninggikan Dia dan mengarunia-kan kepada-Nya nama di atas segala nama.” Sebagaimana Bapa menghormati Yesus, karena Yesus telah menjadi benih yang mati dan menghasilkan banyak buah.  Demikian juga setiap pengikut Yesus yang menjadi seperti benih kemudian mati, sehingga tidak akan tetap sebiji, tetapi akan menghasilkan banyak buah. Maka Bapa akan meninggikan orang tersebut, sama seperti Bapa sudah meninggikan Yesus,  Lukas 22:29,30 “Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”

Tuhan akan menentukan kemuliaan bagi setiap kita,kerjakan saja apa yang harus kita kerjakan dan hasilkan banyak buah sehingga nama Tuhan dipermuliakan.

Saya tertarik membaca berita ttg Katharine Gun, wanita yang bekerja sebagai penerjemah di Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris. Ia menjadi terkenal karena membocorkan rahasia intelijen Inggris. Sebelum melakukannya, Ia bergumul keras, kalau tidak dibocorkan ia begitu peduli akan nyawa warga sipil Irak dan tentara Inggris dalam perang. Tetapi kalau ia membocorkan ia tahu risiko apa yang harus ia pikul. Ia dapat di hukum penjara karena membocorkan rahasia negera. Belum lagi teror atau ancaman dibunuh yang ia akan terima. Ia menjadi resah dengan keadaan ini namun suaminya terus mendukungnya dan mengingatkan, “ do nothing and die, or fight and die.” (Tidak melakukan apa-apa dan mati atau berjuang dan mati).

Oh sangat berbeda maknanya! Akhirnya, Katharine memilih untuk berjuang dgn membocorkan berita itu apapun risikonya. Dengan tindakannya itu, Katharine berhasil menyangkal diri dan berani mengambil risiko untuk keselamatan orang lain. Ia telah mengisi dan memberi makna hidupnya untuk berkorban demi kepentingan orang banyak. Itulah juga yang dilakukan Tuhan Yesus. Ia telah menyangkal diri-Nya, meninggalkan Tahta Kemuliaan-Nya di Surga datang ke dalam dunia untuk berkorban rela mati di atas kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia. Suatu pengorbanan yang tidak ternilai!

Saya selalu ingat pesan yang diberikan oleh warga jemaat yang kena stroke kepada setiap orang yang mengunjunginya, Life is short use it well – hidup ini begitu singkat mari kita jalankan dengan sebaik-baiknya dengan jalan memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Tuhan Yesus memberkati.

 

Komentar