Langsung ke konten utama

BANGUNAN ROHANI

BANGUNAN ROHANI
 

Karena kami adalah kawan sekerja TUHAN; kamu adalah ladang TUHAN, bangunan TUHAN,...

1 Korintus 3:9

 

Gereja – dalam arti”kumpulan orang percaya” - digambarkan melalui beragam metafora. Tiap metafora mengandung aspek-aspek tertentu yang khas dan ingin disampaikan oleh penulisnya. Salah satu metafora itu adalah gereja sebagai bangunan rohani (1 Kor 3:10-16; Ef 2:19-22; 1 Pet 2:4-8). Dalam metafora ini aspek komunal (kebersamaan) dari setiap orang percaya sangat ditekankan. Sama seperti sebuah bangunan dibuat dari banyak batu dan bahan lain, demikian pula bangunan rohani hanya dapat berdiri apabila ada keterkaitan antar bagiannya.

 

Bagaimana kita dapat menjadi bangunan rohani?

 

1. Memiliki dasar yang benar yaitu Kristus 

* 1 Korintus 3:10-11 – Kristus harus menjadi dasar pekerjaan Pembangunan Tubuh Kristus yang sedang kita kerjakan.
* Rasul Paulus pernah marah karena pada orang-orang yang memberitakan Injil yang bukan Injil sejati.
* Yesaya 32:17 - Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.  
         Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang mengagung-agungkan kemampuan pribadi. Mereka dikenal sebagai tukang pamer.  Menilai orang dan diri mereka sendiri berdasarkan prestasi dan pencapaian mereka.  Mereka mengagung-agungkan orang yang mempunyai hikmat atau pemikiran yang cemerlang.  Karenanya tidak heran bila sebagian jemaat mengagung-agungkan Paulus, sebagian mengagung-agungkan Apolos, Petrus, dan yang lainnya.  Mereka berfokus pada manusia.  Sebuah fokus yang salah!  Fokus yang tentu saja membuat jemaat mengalami perselisihan.
 

         Di tengah kondisi jemaat yang sedang berselisih inilah Paulus menuliskan suratnya. Paulus menegur mereka.  Pada ayat 5-9, Paulus menjelaskan dengan metafora pertanian, bahwa ia dan Apolos hanyalah pekerja tani.  Dalam perikop yang sedang kita pelajari ini, kembali Paulus menegur mereka dengan metafora yang berbeda, yakni bangunan (9c), dimana dirinya dan Apolos pun hanyalah pekerja bangunan.  Pada ayatnya yang ke-10, Paulus memposisikan dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang lain yang membangun terus di atasnya.  Posisi ini menjelaskan perannya dalam jemaat Korintus, dimana ia adalah rasul Yesus Kristus yang oleh anugerah Tuhan memberitakan Injil dan pekerja lain berkhotbah membangun jemaat.  Posisi yang tidak lebih tinggi dari yang lainnya.  Mereka hanyalah pekerja di dalam bangunannya Allah.  Mereka tidak penting, dasarlah yang penting dalam sebuah bangunan.

 

         Dasar yang telah diletakkan oleh Paulus adalah Kristus.  Dalam Korintus 2:2 dikatakan bahwa “sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.  Kristuslah yang seharusnya menjadi fokus jemaat dan bukan yang lain.  Kata kerja yang digunakan untuk menjelaskan kata telah meletakkan adalah I laid, dalam bahasa Yunani  ἔθηκα merupakan kata kerja yang ditulis dalam bentuk aorist, yang berarti satu kali untuk selamanya.  Kristus adalah fondasi mereka yang kekal.  Karenanya pada ayat 11 dikatakan “tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”  Hanya satu fondasi yang diperlukan untuk membangun.  Setelah fondasi itu diletakkan tidak perlu diulang lagi.  Dan hanya Kristuslah dasar yang benar dan bukan yang lain.

 

         Saudara-saudara, Paulus pekerja yang tahu apa yang dibangunnya.  Ia, tidak silau dengan orang-orang yang mengagungkan dirinya sebagai guru yang besar.  Atau tidak galau karena sebagian yang lain mengagung-agungkan Apolos dan pekerja yang lain.  Namun sebagai pekerja bangunan, ia menyadari apa yang sedang dibangunnya.  Ia menyadari apa yang menjadi fokus pekerjaannya, yakni Kristus, sang fondasi yang kokoh dan kuat.  Dalam pelayanannya, ia tidak menjadikan dirinya fokus, sebaliknya ia bekerja keras mengabarkan Injil.  

 

2. Ijinkan hidup kita dipakai TUHAN

1 Petrus 2:5 - “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada TUHAN”.

 

         Merupakan suatu dorongan untuk menyerahkan diri kita bagi pembangunan rumah rohani bagi TUHAN.Ini mengharuskan orang kristen bersekutu dan bersatu dengan orang kristen yang lain. Tidak ada orang kristen yang boleh hidup dan melayani sendirian.

 

1) ‘batu hidup’.  Tadi dalam ay 4 istilah ‘batu yang hidup’ menunjuk kepada Kristus. Sekarang orang Kristen disebut ‘batu yang hidup’, karena persatuan mereka dengan Kristus.

 

2)   ‘Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani’.

 

a)   Merupakan suatu dorongan untuk menyerahkan diri kita bagi pembangunan rumah rohani bagi TUHAN.

 

        Calvin: “as it is true that each one is a temple in which God dwells by his Spirit, so all ought to be so fitted together, that they may form one universal temple. This is the case when every one, content with his own measure, keeps himself within the limits of his own duty; all have, however, something to do with regard to others” (= sebagaimana memang benar bahwa setiap orang adalah Bait dimana Allah tinggal oleh RohNya, demikian juga semua harus mencocokkan diri bersama-sama sehingga mereka membentuk satu Bait yang bersifat universal. Ini yang terjadi pada saat setiap orang, puas dengan takarannya, menjaga dirinya sendiri dalam batasan kewajibannya sendiri; tetapi semua mempunyai sesuatu untuk dilakukan berkenaan dengan orang-orang lain) - hal 64-65.

 

         Jadi jelas bahwa setiap orang kristen harus melakukan pelayanan. Tidak ada orang kristen yang boleh puas dengan datang ke gereja sekali seminggu tanpa mempunyai pelayanan apapun. Tetapi dalam melakukan pelayanan, orang kristen tidak boleh ‘melebihi takarannya sendiri’. Mungkin kata-kata ini didasarkan atas kata-kata Paulus dalam Ro 12:3 - “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan TUHAN kepada kamu masing-masing”.

 

        Apa yang dimaksud oleh Paulus dengan kata-kata itu? Maksudnya adalah:

 

         1.   Jangan melakukan pelayanan dimana saudara tidak mempunyai karunia. Misalnya: banyak orang menjadi pengkhotbah tetapi sama sekali tidak mempunyai karunia berkhotbah. Ini yang dimaksud dengan memikir lebih tinggi dari yang seharusnya. Ini berlaku juga untuk semua pelayanan yang lain.

         Bdk. Ro 12:4-8 - “(4) Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. (6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.

 

         2.   Jangan melakukan pelayanan terlalu banyak sehingga saudara tidak mampu melakukannya. Perlu diingat bahwa setan selalu menggoda kita dengan 2 extrim. Kalau ia tidak bisa menjatuhkan seseorang ke extrim kiri maka ia akan berusaha untuk menjatuhkannya ke extrim kanan. Dalam hal ini, ia sering menggoda supaya orang kristen tidak melayani. Tetapi kalau ia tidak berhasil dengan cara itu, maka ia akan menggoda supaya orang itu melakukan pelayanan begitu banyak sehingga semua menjadi kacau balau, dan pelayanan yang satu dilakukan dengan mengorbankan pelayanan yang lain. Karena itu, jangan menerima seadanya tawaran pelayanan, itu bukannya rajin / bersemangat dalam pelayanan, tetapi bodoh! Gumulkan pelayanan yang mana yang Tuhan inginkan bagi saudara, dan lakukanlah dengan segenap pikiran dan kekuatan saudara!

 

3. Harus dengan standar-NYA TUHAN

1 Korintus 3:12-15 

12. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,

13. sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.

14. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah.  

Berbicara : Kualitas iman kita.

         Ketika seseorang akan membangun sebuah rumah, ia akan dihadapkan pada pertanyaan penting: Bahan apa yang digunakan untuk membangun rumah tersebut? Pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab dengan memperhatikan dua hal: Pertama, apa tujuan rumah tersebut dibangun? dan kedua, berapa banyak sumber daya yang akan digunakan untuk  membangun rumah tersebut?


Jika kita ingin membangun rumah yang bagus dan memiliki sumber daya (dalam hal ini uang, tenaga kerja, dan waktu) yang cukup banyak, maka kita pun pasti akan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas, membangun pondasi dari batu kali, dinding dari bata merah, dan pintu dari kayu jati. Tetapi jika kita hanya ingin membangun rumah darurat (misal karena rumah kita hancur karena gempa bumi) dan sumber daya yang kita miliki itu terbatas, maka mungkin kita hanya akan membangun rumah dari anyaman bambu dan terpal sebagai atap. Menjadi pertanyaan, apabila kita ingin membangun rumah yang bagus, tetapi sumber daya yang kita miliki sedikit, apakah yang akan kita lakukan?


Pahami ujian yang akan Tuhan lakukan bagi kita (ay. 13). Ayat tersebut  berbicara bahwa Tuhan akan menguji kita dengan api. Jika kita tahu bahwa Tuhan akan menguji kita dengan api, tentu kita seharusnya tidak akan memilih bahan bangunan yang tidak tahan api. Jika Tuhan akan menguji kita dengan air, maka kita pun harus memilih bahan bangunan yang tahan air, dan begitu seharusnya. Dari mana kita bisa mengerti apa yang akan Tuhan gunakan untuk menguji kita? Tidak ada cara lain selain dari membaca Firman Tuhan dan memiliki waktu pribadi yang intim dengan Tuhan. Jika kita tidak mau membaca Firman Tuhan dan bersekutu denganNya, maka sama saja kita tidak tahu bagaimana Tuhan akan menguji kita, dan kita akan bisa salah mengambil keputusan di tahap selanjutnya.


Ketiga, pilih bahan yang tepat (ay. 12). Ini terkait erat dengan langkah ketiga. Jangan sembarangan memilih bahan, tetapi pilihlah bahan yang tahan lama, walaupun mungkin membutuhkan banyak usaha dari kita. Mengapa demikian, karena kita membangun rumah di surga yang kekal, bukan di dunia yang sementara. Apa iya kita akan membangun rumah kita dari bahan-bahan yang tidak awet seperti dari jerami atau kayu? Bukankah kita seharusnya membangun dari bahan-bahan yang berkualitas seperti emas, perak, atau bahkan permata?


Ini adalah gambaran bagaimana kita harus hidup di dunia ini sambil mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di surga kelak. Selama kita membangun di atas dasar yang benar, yaitu Yesus Kristus, maka kita pasti selamat. Walaupun demikian, segala jerih payah kita dalam melayani Tuhan tidak akan sia-sia. Selama pekerjaan kita dipandang tahan uji oleh Tuhan, maka kita pun akan mendapatkan upah (ay. 14). Upah di sini  tidak bicara tentang keselamatan, karena keselamatan itu sudah menjadi hak kita ketika kita percaya kepada Tuhan. Upah di sini adalah upah yang diberikan Tuhan atas segala jerih payah kita melayani Tuhan. Akan tetapi ketika hasil pekerjaan kita tidak tahan uji alias terbakar, maka kita sendiri akan rugi, tetapi hal itu tidak mempengaruhi keselamatan kita (ay. 15).


         Bagaimana dengan kita? Pertanyaan pertama, sudahkah kita percaya kepada Yesus Kristus? Jika sudah, maka pertanyaan kedua adalah sudahkah kita membuat hidup kita menjadi hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan? Hal ini berarti kita harus memiliki tindakan yang benar dan sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan bagi kita. Kita harus mau bayar harga untuk mengiring dan melayani Tuhan. Lebih baik kita membayar harga di dunia ini dengan memberikan yang terbaik bagi Tuhan, daripada kita “santai-santai” di dunia ini, karena apa yang akan kita terima di surga nanti, tergantung dari apa yang kita sudah lakukan bagi Tuhan di dunia ini.

 

 

 

 

 

 

 

Komentar