GEREJA MISIONER = DIPANGGIL UNTUK KELUAR
oleh: Ibu Pdt. Febrina Widyanti, S. Th., M. Pd.K.
I Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan TUHAN sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 2:10 kamu, yang dahulu bukan umat TUHAN, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Itulah gereja TUHAN
Kata gereja dalam bahasa Yunani adalah ekklesia = ek keluar dan kaleo = dipanggil => dipanggil keluar
Gereja bukan hanya bicara tentang gedung, tetapi terutama orang-orang yang berbakti di dalamnya.
Gereja adalah miniatur kehadiran TUHAN dalam dunia ini.
Keluaran 25:8 Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.
Artinya, gereja bukan lembaga sembarangan. Bukan pula lembaga sosial, melainkan lembaga yang didesain oleh TUHAN. TUHAN mendesain gereja-Nya untuk maksud khusus, agar dunia mengenal-Nya. Karena itu, gereja perlu menyadari makna kehadirannya. Untuk apa? UNTUK MEMBERITAKAN PERBUATANNYA YANG AJAIB, YANG TELAH MENYELAMATKAN KITA DARI KEBINASAAN.
Gereja barulah menjadi Gereja yang sesungguhnya bila terlibat dalam pelaksanaan misi TUHAN di tengah-tengah dunia.
Namun, sayangnya gereja TUHAN tidak menyadari arti keberadaannya di tengah-tengah dunia ini. Gereja TUHAN tidak menyadari untuk apa TUHAN menempatkan mereka di tengah dunia. Bahkan ada organisasi gereja yang mengajarkan bahwa sekarang bukan waktunya penginjilan, tetapi waktunya mendewasakan jemaat. Itu sebabnya mereka tidak melibatkan diri dalam misi sedunia.
Murid Tuhan Yesus pada zaman PB tidak berbeda jauh dengan kebanyakan orang Kristen masa kini. Oleh sebab itu, Tuhan mengajar mereka pada waktu mereka bersama-sama di daerah Samaria, yang berbeda dengan orang Yahudi walaupun masih ada persamaan. Dalam Yohanes 4:35, "Bukan kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai."
Murid-murid Tuhan Yesus berpikir bahwa saat itu belum waktunya menuai, masih 4 bulan lagi. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka: Sekaranglah waktunya untuk "menuai", di mana orang Samaria dapat mengenal-Nya sebagai Juru Selamat. Percaya kepada Yesus Kristus adalah kebutuhan orang Samaria yang mendesak. Murid-murid perlu disadarkan tentang kebutuhan rohani suku yang lain. Mereka perlu mengenal Yesus Kristus sebagai Juru Selamat sesegera mungkin.
Hal ini juga terjadi dengan gereja TUHAN pada masa sekarang, di mana mereka berpikir belum ada waktu untuk memberitakan Injil.
Gereja harus belajar dari sejarah gereja mula-mula :
1. Misi Tuhan yang dilakukan setelah aniaya.
Pencurahan Roh Kudus atas para rasul supaya mereka memiliki kuasa untuk menjadi misionaris - KPR 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
Gereja Tuhan lupa akan perintah Tuhan dan merasa nyaman karena Jemaat bertumbuh dan pelayanan diberkati (KPR 2 : 47, 5 : 12-16 , 6 : 7), sehingga gereja harus ‘dipaksa’ keluar dari Zona Nyaman melalui penganiayaan yang Tuhan ijinkan - mereka mengalami aniaya (KPR 8:1b,4)
Tuhan Yesus mengijinkan gereja mengalami aniaya karena gereja tidak menjadi pelaksana dari Amanat Agung Tuhan.
Haruskah peristiwa itu terjadi lagi, baru gereja menyadari untuk apa keberadaannya di tengah dunia ini?
2. Gereja yang menganggapi Misi Tuhan 2 Korintus 8-9
Sejak tahun 52M hingga tahun 57M sebagian besar waktu dan tenaga Paulus digunakan untuk mengumpulkan dana dari jemaat-jemaat non-Yahudi bagi ” orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem” (Roma 15:26). Orang-orang Kristen di Yerusalem menghadapi masa-masa sukar – terutama dalam keuangan – karena beberapa kemungkinan: (1) setelah menjadi Kristen mereka dikucilkan secara sosial maupun secara ekonomi, (2) meski sudah saling berbagi (Kis 2:44-45 dan 4:32, 34-35) namun mereka tidak dapat mengatasi kesulitan keuangan mereka, (3) kekurangan bahan makanan yang melanda Palestina secara terus-menerus dan berpuncak pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius di tahun 46M (Kis 11:27-30), (4) sebagai gereja induk, gereja Yerusalem harus mengeluarkan biaya yang besar, baik untuk mengirim utusan Injil maupun menerima tamu utusan Injil dari kota-kita lain.
Rasul Paulus mendorong jemaat-jemaat di daerah lain untuk memberi sumbangan bagi jemaat Yerusalem. Jemaat di Korintus tergerak untuk terlibat dalam proyek itu ketika mereka pertama kali mendengarnya. Nyatanya, antusiasme awal mereka itulah yang kemudian menginspirasi jemaat di Makedonia untuk memberi dengan sangat murah hati. Sayangnya, jemaat di Korintus tidak melaksanakan apa yang telah menjadi komitmen mereka itu.
Karena itu, Paulus mendesak mereka, dalam 2 Korintus 8-9, untuk menyelesaikan kebajikan yang telah mereka mulai. Ironisnya, ia menggunakan teladan jemaat Makedonia, yang tertantang ketika melihat kesediaan jemaat di Korintus untuk memberi, sebagai salah satu cara untuk memotivasi jemaat di Korintus agar membuktikan kesetiaan mereka terhadap janji mereka.
Jemaat-jemaat Makedonia yang dimaksudkan Paulus di sini di antaranya adalah jemaat Filipi, Tesalonika, dan Berea. Mereka adalah jemaat-jemaat yang jauh lebih kecil dibandingkan jemaat Korintus. Namun, Paulus melihat kasih karunia Tuhan yang besar yang diberikan kepada mereka. Mengapa? Paulus mengungkapkan kondisi mereka dengan kalimat-kalimat paralel (sejajar) yang sangat mengesankan. Dicobai dengan berat, namun sukacita meluap. Sangat miskin, namun kaya kemurahan. Kasih karunia Tuhan nyata dalam kemampuan mereka untuk tetap bersukacita meskipun harus menderita, tetap murah hati meskipun mereka sendiri kekurangan. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh jemaat-jemaat Makedonia tidak menghalangi mereka ikut ambil bagian dalam membantu jemaat Yerusalem.
Paulus menghargai pemberian jemaat-jemaat Makedonia dalam beberapa hal :
Pertama, mereka memberi lebih dari kemampuan mereka. (Bagaimana mungkin? Sekali lagi, inilah wujud kasih karunia Tuhan kepada mereka!).
Kedua, mereka tetap memberi meskipun tidak diwajibkan. Pemberian secara sukarela inilah yang justru mendatangkan sukacita yang lebih besar.
Ketiga, mereka tidak membatasi pemberian mereka hanya pada persembahan dana. Mereka juga memberikan diri mereka. Mereka menyediakan orang-orang terbaik mereka untuk membantu pelayanan Paulus (Aristharkus KPR 27:2)
Teladan apa yang diberikan oleh jemaat di Makedonia dalam hal memberi bagi penginjilan?
1. Beratnya masalah yang mereka hadapi tidak menjadi penghalang untuk memberi (8:2). Makedonia adalah propinsi yang mencakup kota Filipi, Tesalonika, dan Berea. Di ketiga kota tersebut, pelayanan Rasul Paulus menghadapi tantangan berat. Di Filipi, Rasul Paulus dan Silas sampai dimasukkan ke dalam penjara; sedangkan di Tesalonika dan Berea, orang-orang Yahudi menghasut massa untuk menentang pemberitaan Injil, sehingga Rasul Paulus tak bisa lama melayani di sana (Kisah Para Rasul 16:1-17:15).
2. Kemiskinan jemaat Makedonia bukan penghalang untuk memberi dengan murah hati, bahkan mereka memberi melebihi kemampuan mereka (2 Korintus 8:2-3).
Kita perlu memberi berdasarkan apa yang Tuhan miliki (9:8-11) Nah, inilah yang benar-benar menembus batas pemberian kita. Inilah yang menantang kita untuk berpikir melebihi keterbatasan kita. Kita harus memberi berdasarkan apa yang adalah milik Tuhan.
Bahasa Yunani, "charis", yang biasanya diterjemahkan "grace" (kasih karunia), muncul sepuluh kali di 2 Korintus 8-9. Dalam beberapa kasus, seperti dalam pasal 8:9, makna dasarnya -- kemurahan hati Tuhan -- mungkin itu yang dimaksudkan. Namun dalam ayat lain, definisi yang lebih baik tentang kasih karunia adalah kuasa Tuhan yang memampukan. Itulah kira-kira makna yang terdapat dalam 2 Korintus 8:1, 9:8, dan 9:14.
Oleh karena kuasa Tuhanlah jemaat Makedonia mampu memberi "lebih dari kemampuan mereka" (2 Korintus 8:3). Dan oleh karena berlimpahnya kuasa Tuhan yang memampukan jemaat Korintuslah sehingga mereka berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan" (2 Korintus 9:8).
Akronim yang pada umumnya digunakan untuk makna paling dasar dari kasih karunia, kemurahan hati Tuhan, adalah GRACE -- God`s Riches At Christ Expense (Kekayaan Tuhan melalui Pengorbanan Kristus). Untuk makna yang kedua, kuasa Tuhan yang memampukan, mungkin kita bisa menggunakan akronim GRACE -- God`s Resources As Christ Enables (Kuasa Tuhan melalui Kristus yang Memampukan).
Itulah yang memungkinkan kita memberi lebih dari kemampuan kita -- tidak hanya memberi menurut kemampuan kita, melainkan menurut kemampuan Tuhan. Ia yang akan menyediakan apa yang kita butuhkan dan memampukan kita untuk "berlimpah dalam kebajikan" (2 Korintus 9:8). Ini karena kita mengambil dari rekening bank Tuhan, bukan hanya dari rekening kita sendiri, sehingga kita dapat menjadi "murah hati dalam setiap kesempatan" (2 Korintus 9:11).
Ill. anak remaja Krian
3. Mereka memberi dengan rela hati karena mereka menganggap kesempatan memberi sebagai kasih karunia (8:4).
4. Kegairahan mereka untuk memberi bagi jemaat di Yerusalem (yang belum pernah mereka jumpai) mendemonstrasikan sikap persaudaraan kristiani di dalam Kristus.
Apakah kita sudah membiasakan diri untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan Anda guna dipersembahkan bagi pekerjaan TUHAN? Apakah kita merasa belum cukup kaya atau masih harus menghadapi banyak persoalan sehingga Anda merasa belum saatnya untuk memberi? Teladan dari jemaat di Makedonia seharusnya menggerakkan kita untuk menyingkirkan semua alasan dan mulai merencanakan untuk memberi. Ingatlah bahwa kita sepatutnya memberi tanpa syarat kepada TUHAN karena TUHAN telah lebih dulu memberikan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, bagi kita saat kita masih berdosa.
Ilustrasi kalau tangan kita belum kosong, Tuhan tidak bisa memberi lagi karena tangan kita belum siap untuk menerima berkat Tuhan persembahan jemaat GPI Matiti untuk hamba TUHAN
GSJP Krian membantu gereja lain membangun gereja sementara masih belum selesai membangun.
3. Gereja yang mengutus misionaris
Tugas misi sedunia adalah tugas gereja, bukan hanya tugas-tugas pribadi yang "terbeban untuk misi". Sudah sejak semula "rasul-rasul", dalam arti "utusan-utusan" atau "misionaris-misionaris" adalah bagian integral (penting untuk memperlengkapi) dari tiap-tiap jemaat kristiani. Karena karunia sebagai "rasul" merupakan bagian dari perlengkapan rohani tubuh Kristus (bandingkan antara lain daftar karunia dalam 1 Korintus 12, khususnya ayat 28 dan Efesus 4:11-16). Tanpa "penginjil/misionaris" gereja manapun tidak lengkap.
Adanya karunia "penginjil" yang Tuhan berikan kepada anggota-anggota tertentu, berarti sekaligus merupakan kewajiban gereja mengutus mereka.
Gereja Tuhan harus pergi keluar dan memberitakan berita keselamatan, harus ada orang yang diutus.
Roma 10:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? 10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"
Demikian Paulus dan Barnabas diutus jemaat di Antiokhia (Kisah Para Rasul 13:1-3).
Mengutus misionaris berarti juga :
* mendoakan mereka Paulus meminta jemaat di Efesus dan Kolose untuk berdoa "setiap waktu" untuk pelayanannya sebagai misionaris di daerah-daerah baru (Efesus 6:18-20; Kolose 4:2-4).
* bertanggung jawab atas biaya hidup mereka, sebagaimana jemaat Filipi. Jemaat Filipi terus mendukung Paulus secara finansial dalam pelayanan misinya (Filipi 4:15-18).
Apa yang menjadi kebanggaan gereja kita? Apakah gedung yang megah, pelayanan yang "top", atau mungkin bank account yang terus bertambah besar? Bukankah seharusnya kebanggaan kita apabila gereja kita terlibat dalam rencana penyelamatan TUHAN untuk dunia ini, dengan mengutus dan mendukung misionaris-misionaris dari gereja kita? Apa kata Samuel Mills dan kawan-kawannya? "We can do this if we will". Ya... kita dapat melakukannya, asal kita mau menaati visi dan panggilan TUHAN.
Example : GSJP Krian mendukung visi gembala
Kunci - 2 Korintus 9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
Bayangkan betapa indahnya suasana hidup bergereja di Indonesia apabila seluruh gereja bersikap sama dengan jemaat-jemaat Makedonia. Anda ingin mewujudkannya? Mulailah dari diri Anda sendiri?
Hambatan terbesar bagi pemberitaan Injil adalah sikap egois gereja-gereja dan orang-orang Kristen yang ada di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar