SALIB DAN MAHKOTA
oleh: Ibu Pdt. Febrina Widyanti, S. Th., M. Pd.K
Pendahuluan :
Salib & Mahkota … apa hubungannya?
Sepertinya tidak ada. Mahkota melambangkan kekuasaan, kemuliaan dan kemenagan … sedangkan salib melambangkan penderitaan, kesakitan dan kehinaan. Kemenangan Kristus diawali dari kerelaannya untuk datang ke dalam dunia. Tuhan Yeshua telah memilih jalan penderitaan dan jalan salib untuk menyelamatkan manusia. Namun Filipi 2:9-10 mengatakan “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi baru mendapat kemuliaan dari Bapa-Nya.” Mengapa Tuhan Yeshua memilih jalan penderitaan dan salib? Tuhan Yeshua mau memberikan contoh atau teladan dan pelajaran yang amat berharga untuk kita pahami dan ikuti. Setelah penderitaan ada kemuliaan … setelah salib ada mahkota. Tuhan Yeshua tahu akan panggilan-Nya yaitu berkorban bagi umat manusia supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebagai orang percaya yang telah ditebus oleh Tuhan, kita juga harus tahu panggilan kita yaitu untuk apa kita dipanggil.
I Korintus 7:15b “Tetapi TUHAN memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.”
I Tesalonika 2:12 “dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak TUHAN, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.”
II Tesalonika 2:14 “Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Galatia 5:13a “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.”
Roma 1:6 “Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.”
Tetapi tahukah kita bahwa kita juga dipanggil untuk menderita? Wah … menderita … penderitaan adalah kata yang tidak ada seorang pun yang menyukainya, betul??? Kalau bisa saat kita berhadapan dengan yang namanya penderitaan, kita menghindar saja. Tetapi mari kita mau belajar dari teladan Tuhan.
I. BENARKAH KITA DIPANGGIL UNTUK MENDERITA BAGI DIA?
Filipi 1:29 “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,” AMIN
Kata dikaruniakan (charizomai) bila diterjemahkan secara harafiah adalah telah dianugerahkan kepadamu dengan kasih karunia. Simcox menterjemahkan sebagai suatu kehormatan untuk menderita bagi Kristus yaitu kehormatan untuk melakukan jenis pekerjaan yang cukup penting bagi Kristus sehingga dilawan oleh dunia.
Jadi menderita bagi Kristus (ketika membela kepentingan-Nya) merupakan suatu hak istimewa yang hanya diberikan kepada orang-orang yang menyatakan percaya kepada-Nya.
Jelas bahwa kita seharusnya bersyukur bukan hanya karena dipanggil bukan saja untuk percaya kepada Tuhan Yeshua dan menerima hal-hal yang enak-enak saja tetapi juga bersyukur karena menerima hak istimewa atau kehormatan untuk menderita bagi Kristus karena membela kepentingan-Nya.
Merupakan sifat manusia … giliran dapat enak momo lagi tapi giliran dapat ga enak ga momo lagi, kayak iklan.
Kita tidak bisa menghindar atau memilih, itu sudah satu paket … seperti 2 sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Banyak orang percaya bahkan hamba-hamba Tuhan tidak menyadari panggilannya, sehingga mau lari saja dari yang namanya penderitaan. Kenapa? Karena mereka tidak pernah mengetahui bahwa menderita bagi Kristus adalah suatu kehormatan dan hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita.
Contoh : Demas melarikan diri dari Rasul Paulus karena tidak tahan menderita, dia merasa ikut dunia lebih menyenangkan.
Tidak … kita tidak bisa lari dari kenyataan ini. Kalau mau dimuliakan harus ada harga yang harus di bayar … salib … penderitaan.
Karena itu Rasul Paulus dalam II Timotius 2:3 “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus”. Prajurit itu ga takut mati … kalau takut pasti tidak mau jadi prajurit, malah itu jadi cita-cita dan kebanggaan. Ketika kita mengatakan percaya bahwa Tuhan Yeshua adalah Juruselamatku, maka kita harus siap seperti seorang prajurit yang harus berangkat ke medan perang rohani dalam pengabdian sepenuh hati kepada Tuhan Yeshua.
II. APA KATA FIRMAN TUHAN TENTANG SALIB/PENDERITAAN ORANG PERCAYA?
Matius 16:24 “Lalu Yeshua berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Mengikut Tuhan berarti :
Menyangkal diri = merendahkan diri atau tidak mempertahankan hak/keinginannya sendiri; ini juga adalah suatu penderitaan yang harus dialami kalau mengikut Yeshua.
Memikul Salib = salib adalah lambang penderitaan,kematian, kehinaan, cemoohan, penolakan
Matius 10:38 “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.”
Mengikut Tuhan berarti : harus siap memikul salib.
III. BAGAIMANA BENTUK SALIB/PENDERITAAN ORANG PERCAYA?
Matius 10:16 “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala (= musuh-musuh yang ganas)”
E Kita yang mencari nafkah di bidang bisnis (atau politik, atau hukum, atau ketentaraan, atau profesi apa pun), tidak dapat tidak, mesti menghadapi saat-saat sulit yang serba dilematis itu. Misalnya, apakah kita menjalankan bisnis kita sama persis seperti orang-orang dunia menjalankan bisnis mereka? Di satu sisi, orang mengatakan bahwa "uang adalah buta warna" dan "bisnis adalah bisnis"--tidak membeda-bedakan mana yang Kristen dan mana yang bukan. Tapi di sisi yang lain, kita tahu bahwa ada begitu banyak praktik bisnis yang tidak dapat kita tolerir begitu saja. Atau toh bila kita terpaksa melakukannya juga, ini pasti akan membuat kalian menderita secara batin. Jangan kita sangka, bahwa ini cuma persoalan orang moderen. Beberapa ribu tahun yang lalu, seorang saudagar Kristen datang kepada Tertullianus guna menyampaikan pergumulan batinnya. Yaitu, bagaimana sulitnya memadukan antara hukum Kristus dan hukum dagang. Merelasikan antara apa yang ia maui dengan kenyataan yang ia hadapi. Di akhir kata-kata curahan hatinya, saudagar itu--dengan nada putus asa--berkata, "Apa yang bisa aku lakukan, ya bapa? Aku toh mesti hidup?!" Konon, Tertullianus menjawab sangat singkat dan sangat telak, "Oya?! Mestikah?!" Betapa pun berat penderitaan diantara musuh-musuh yang ganas itu, kita harus memilih antara "setia" atau "hidup", antara "integritas" atau "realitas", ia sebenarnya tak perlu berfikir apa-apa lagi. Ia cuma boleh memilih satu saja: kesetiaan.
E Penderitaan bisa berupa aniaya, dan hal itu sudah dialami oleh gereja Tuhan sejak awal mula terbentuk kumpulan orang percaya (gereja). Apa yang harus kita lakukan, lari … tidak mengakui iman kita … takut …
Ilustrasi – Setia Dalam Penderitaan, p.122.
Markus 13:3-13
E Penderitaan yang berupa aniaya juga dapat terjadi dalam kehidupan sosial dan keluarga. Bukan hanya pada masa-masa lalu, tapi sampai sekarang. Misalnya ketika, demi iman kalian, kalian dicampakkan ke luar dari lingkungan kalian, mesti hidup dalam kesendirian dan kesepian, sebab dikucilkan oleh lingkungan sosial maupun keluarga. Bila ini terjadi, alangkah pedihnya! Entah berapa kali dan berapa orang, yang jiwanya meraung kesakitan, nyaris tak kuat menanggung kesepian. "Tuhanku, tidak mungkinkah aku mengikut Engkau, tanpa perlu harus tercerabut dari lingkunganku?" Mungkin ada suami-suami yang dikucilkan karena imannya, atau istri, anak-anak atau saudara. Namun mengenai ini, Tuhan Yeshua telah memberi peringatan yang sangat jelas, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya".
IV. DALAM PENDERITAAN APA YANG HARUS DILAKUKAN?
J Ingat akan teladan Tuhan Yeshua, disitu kita akan mendapat kekuatan untuk melanjutkan kehidupan.
I Petrus 2:19-23 “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak TUHAN menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada TUHAN. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. “
J Berbahagia - I Petrus 4:14 “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh TUHAN ada padamu.”
Berbahagia dalam penderitaan??? Kayaknya ga mungkin deh. Senyum aja sulit, betul kan???
Itulah yang seharusnya menjadi ciri khas dari orang percaya. Orang dunia susah saat dalam penderitaan sudah biasa, stress sudah jadi alasan RS jiwa bertambah penghuninya, bunuh diri sudah jadi cerita setiap hari. Berbahagia dalam penderitaan adalah obat yang mujarab untuk tetap kuat dan bertahan. Ini harus jadi life style (gaya hidup) orang percaya. Mengapa? Karena di saat-saat penderitaan seperti itu, Tuhan ada di pihak kita untuk member kekuatan dan membela kita.
J Gembira - Kisah Para Rasul 5:41 “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.”
Mengapa para rasul bisa? Karena mereka memiliki pengetahuan bahwa mereka dipanggil bukan hanya untuk percaya tetapi juga untuk menderita, buat mereka itu adalah suatu anugerah dan hak istimewa yang dipercayakan kepada mereka. Kita juga bisa bergembira.
J Tidak malu - II Timotius 1:12 “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.”
Rasul Paulus dapat menghadapi setiap pemenjaraan, pembelengguan dan ketidakadilan tanpa malu karena dia sadar bahwa di dalam semuanya itu, Tuhan tetap memelihara Injil yang dipercayakan Tuhan kepada-Nya. Artinya suatu keyakinan bahwa semakin ditindas Injil semakin meluas, semakin dihambat Injil semakin merambat, semakin ditekan Injil semakin diberitakan.
J Sabar menanggung penderitaan - II Timotius 2:9-10 “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman TUHAN tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan TUHAN, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.”
Sabar (makrothumia) = tabah, tidak mudah marah atau putus asa artinya bisa menerima semua dengan lapang dada karena tahu penderitaannya berarti ada keselamatan bagi orang lain.
J Tetap berpegang pada kebenaran - II Timotius 3:12,14 “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, … Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.”
Penderitaan dapat membuat orang percaya meninggalkan imannya alias murtad atau menyangkal Tuhan. Disinilah kasih dan kesetiaan kita benar-benar diuji. Kesetiaan kepada Kristus, kebenaran-Nya dan standart-Nya meliputi ketetapan hati untuk tidak mengurangi kadar iman kita atau menyerah dengan keadaan.
J Mengasihi dan mendoakan mereka - Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Bukan hal yang mudah tetapi Tuhan Yeshua telah memberi teladan ketika dalam suatu penderitaan yang teramat sangat, Dia masih bisa berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Taburkan benih pengampunan dan kita akan merasakan suatu kedamaian. Doa mampu mengubah segala sesuatu. Rasul Paulus bertobat = doa Stefanus.
V. ADA APA DI BALIK SALIB?
õ Penderitaan mengerjakan kemuliaan kekal - II Korintus 4:17 “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”
Penderitaan yang Tuhan ijinkan kita alami ternyata ringan dibandingkan dengan kelimpahan kemuliaan yang kita miliki melalui Kristus. Sebagian kemuliaan itu bisa kita terima saat ini, tetapi akan kita alami sepenuhnya pada saat Tuhan Yeshua akan datang kedua kali. Apabila kita telah mencapai warisan Surgawi, maka kita akan mengatakan bahwa penderitaan yang paling berat sekalipun tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kemuliaan kekal itu. Sebab itu jangan kita kehilangan iman dan pengharapan kita, spt. Rasul Paulus.
õ Upah besar telah tersedia - Matius 5:10-12 “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi sebelum kamu.”
Janji Tuhan ialah ya dan amin … pasti akan digenapi.
õ II Timotius 4:6-8 “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”
Rasul Paulus sebagai seorang hamba Tuhan yang telah melakukan tugas-tugas yang penuh penderitaan sedang berhadapan kematian (dijatuhi hukuman mati). Namun hal itu tidak membuatnya sedih, justru menjadi makin kokoh keyakinannya. Makin besar penderitaan yang dialami, makin cemerlang pula janji kemuliaan itu bersinar. Mahkota yang disediakan oleh Tuhan : mahkota kebenaran, mahkota kehidupan (Wahyu 2:10), mahkota kemegahan (1 Tes.2:19), mahkota kemuliaan (1 Pet.5:4).
INGAT !! dibalik penderitaan ada KEMULIAAN, dibalik salib ada MAHKOTA.
V. REFLEKSI
Setelah mengetahui bahwa kita juga dipanggil juga untuk menderita bagi Yeshua, masihkah kita menolak atau lari dari penderitaan?
MEMIKUL SALIB
Ada 3 orang; A, B, dan C diberi tugas oleh Tuhan untuk memikul salib yang sama besar dan sangat berat menuju puncak sebuah bukit. Di sana Tuhan berjanji akan menjemput mereka ke Surga.
Di tengah jalan ketiga orang itu melihat sebuah gergaji, si B mulai berpikir dan menghasut kedua temannya untuk memotong salib mereka supaya salib itu menjadi ringan. Namun kedua temannya tidak menuruti usul si B karena mereka taat dan mengasihi Tuhan. Kasih mereka kepada Tuhan membuat mereka mau dan rela memikul tanggung jawab yang Tuhan sudah berikan tanpa keluhan.
Singkat cerita si B memotong salibnya, sehingga dengan mudah ia mendahului kedua temannya. Sampai di puncak bukit, si B melihat sebuah jurang yang teramat lebar memisahkan puncak bukit itu dengan gerbang Surga. Di seberang jurang terlihat malaikat Tuhan yang sudah menanti kedatangan mereka.
Dengan bersemangat si B menanyakan jalan mana yang bisa dipakainya untuk sampai ke gerbang Surga, tapi malaikat Tuhan itu menjawab, "Tuhan sudah sediakan jalan itu".
Si B sangat bingung karena dia sama sekali tidak melihat jalan yang dimaksud sang malaikat Tuhan.
Beberapa saat kemudian, si A dan C tiba di puncak bukit tersebut. Seperti halnya si B, mereka bertanya tentang jalan ke seberang pada malaikat Tuhan, mereka mendapatkan jawaban yang sama, "Tuhan sudah menyediakan jalan itu".
Kemudian Roh Kudus bukakan pikiran mereka berdua dan mereka mengerti sesuatu, ukuran salib yang berat dan besar itu sudah Tuhan buat tepat sama dengan jarak antara puncak bukit dan gerbang Surga, itulah jalan yang Tuhan sudah sediakan.
Mereka segera sadar akan hal itu dan bergegas meletakkan salib mereka dan mulai menyeberang.
Si B kebingungan karena salib yang Tuhan beri untuk dia sudah dia potong hingga tidak bisa berfungsi sebagai jembatan. Namun dipikirnya dia dapat meminjam salib A atau C untuk menyeberang. Tapi sungguh kasihan, begitu A dan C selesai menyeberang dengan salib mereka, salib itu tiba-tiba menghilang. Itu berarti si B tidak dapat menyeberang ke pintu Surga...
Dari ilustrasi ini, ditunjukkan bahwa seringkali kita menganggap Tuhan begitu kejam mengijinkan "salib" itu ada dalam hidup kita, kita juga sering mengeluh karena sepertinya pemrosesan (yang pahit) itu tidak kunjung selesai.
Akibatnya kita terlalu sering mencari jalan keluar sendiri dan tidak mau taat pada Tuhan,sehingga memotong salib yang seharusnya kita pikul. Namun, justru "salib" itulah yang akan menolong kita mengerti akan kasih Tuhan pada kita. Ia ijinkan kita mengalami pemrosesan yang sulit supaya kita menjadi semakin sempurna.
Komentar
Posting Komentar