Langsung ke konten utama

RAHASIA KERAJAAN SORGA

 RAHASIA KERAJAAN SORGA

Matius 13:11

Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.”

 


Roma 14:17

"Sebab Kerajaan TUHAN bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  

= Mengalami Kerajaan TUHAN berarti dalam hidup kita ada sukacita, ketenangan, damai sejahtera dan sebagainya.

Kerajaan TUHAN berbicara tentang pemerintahan yang didirikan oleh TUHAN, yang sifatnya kekal.

Kerajaan TUHAN merupakan pemerintahan TUHAN yang telah memasuki zaman ini melalui kehadiran TUHAN YESHUA dan akan menjadi sempurna pada saat kedatangan-Nya untuk kedua kalinya.

Kerajaan TUHAN tidak terlepas kaitannya dengan misi soteriologi TUHAN untuk menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa.

Kerajaan TUHAN adalah sarana untuk menyatakan kasih – maksud – tujuan - misi TUHAN bagi keselamatan manusia, sampai manusia mencapai kehidupan kekal bersamaNYA.

Kerajaan TUHAN mengharuskan pertobatan untuk menyambutnya, dimana pertobatan itu akan menghasilkan sebuah kehidupan berbeda dari sebelumnya.

Oleh karena adanya prinsip-prinsip etis dari Kerajaan TUHAN yang perlu dihidupi oleh warga Kerajaan tersebut.

Matius 18:3 - “Aku berkata kepadamu sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”

Tuk menjadi warga kerajaan Surga, maka harus hidup sesuai dengan

Matius 18:3 - “Jika engkau tidak mengubah hatimu dan menjadi seperti kanak-kanak maka engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3). ≠kekanak-kanakan, ada hal2 positif dari sikap anak yang harus kita teladani :

- Percaya Penuh

- Bangga punya BAPA seperti DIA, bawa namaNYA dalam setiap langkah hidup kita.

- Bergantung penuh kepada TUHAN
- Miliki hati yang tulus
 
Kerajaan TUHAN dikaruniakan kepada gereja dan harus diresponi dengan benar agar gereja mengabarkan kabar baik tentang tindakan TUHAN dalam misi keselamatan bagi manusia.

Bagaimana cara gereja bisa meresponinya dengan benar?

1. Mendengar - Ayat 4 dan 19 

Mendengar bukan saja dengan telinga tetapi hati juga harus siap menerima.

Hati yang siap menerima = 
- sikap seseorang saat mendengarkan Firman Tuhan
- respon seseorang terhadap Firman Tuhan

Benih yang jatuh di pinggir jalan dan dimakan habis oleh burung (13:4). Lukas 8:5 menambahkan bahwa benih yang jatuh di pinggir jalan itu juga dinjak orang. Bagi orang-orang Yahudi pada saat itu, perumpamaan ini sangat mudah untuk dimengerti (secara intelektual). Antar ladang biasanya ada jalanan sempit yang kering dan keras untuk dilewati banyak orang (bdk. murid-murid Tuhan Yesus yang berjalan sambil memetik bulir gandum di Mat 12:1). Bagian tanah ini tidak pernah dibajak, sehingga tetap keras dan kering. Benih yang jatuh di jalanan ini tentu saja tidak bisa masuk ke dalam tanah. Mereka tetap ada di atasnya. Orang yang lewat akan menginjak benih itu. Burung-burung pun dengan cepat memakan benih yang masih terlihat di atas tanah.

 

Bagian dari perumpamaan ini merujuk pada mereka yang mendengar firman Tuhan, tetapi tidak mengertinya (13:19). Dalam teks Yunani terdapat sedikit kebingungan tentang posisi anak kalimat “datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu”. Bagaimana fungsi dari kalimat ini terhadap ayat 19a? Apakah kalimat ini menerangkan penyebab dari ketidakmengertian atau akibat/konsekuensi dari ketidakmengertian itu (KJV/ASV “then cometh the evil/wicked one”)? Mayoritas versi mempertahankan bias yang ada dengan cara tidak menambahkan kata sambung apapun sesudah ayat 19a (RSV/NASB/NIV/ESV).

 

Penerjemah KJV dan ASV tampaknya telah menambahkan kata sambung yang bermanfaat. Inti persoalan terletak pada kondisi tanah yang memang keras. Hati yang keras dan kering (13:19 “yang ditaburkan dalam hati orang itu”) tidak siap untuk ditaburi firman Tuhan. Iblis dengan cerdik memanfaatkan situasi ini. Ia langsung mencuri firman itu untuk memastikan bahwa orang itu tidak akan percaya dan diselamatkan (Mrk 4:15; Luk 8:12). Hal ini juga sesuai dengan catatan lain dalam Alkitab yang menjelaskan bahwa Iblis telah membutakan mata rohani orang-orang sehingga mereka tidak melihat cahaya injil (2 Kor 4:4).

2. Berakar - ayat 5-6; 20-21

Berakar:

- menerimanya pun dengan gembira

- mengerti dengan sungguh-sungguh

- menyimpan dalam hati/pikiran

Sukacita sejati dari Injil bersifat permanen dan tidak dibatasi oleh keadaan.

Sukacita ini bahkan semakin terlihat jelas pada waktu ada penderitaan, penganiayaan dan penindasan.

Kedua, benih yang jatuh di tanah yang berbatu sehingga tidak berakar dan mudah layu (13:5-6). Walaupun petani sudah membajak tanah dan mengambil semua bebatuan di atas tanah itu, ia seringkali tidak mengetahui bahwa beberapa bagian dari ladang itu memiliki tanah bebatuan yang tersembunyi di dalam. Tanah di atasnya hanya tipis (13:5). 

 

Benih yang ditabur dengan cepat menunjukkan pertumbuhan, karena akar yang ada dengan cepat mengambil semua persediaan air dan unsur hara di tanah yang tipis itu. Persoalannya, akar itu seharusnya terus masuk lebih dalam untuk mendapatkan air dan nutrisi dari tempat-tempat lain juga. Hal ini tidak dapat dilakukan karena terhalang tanah yang berbatu. Akar yang pendek dan persediaan air dan unsur hara lain yang sangat terbatas membuat tanaman yang tumbuh dengan cepat menjadi layu dan kering.

 

Arti dari bagian ini diberikan di ayat 20-21. Sebagian orang menunjukkan antusiasme yang luar biasa terhadap firman Tuhan. Mereka segera menerima (ayat 20a). Menerimanya pun dengan gembira (ayat 20b). Ada hasrat yang besar. Ada luapan sukacita. Namun, hal ini hanya sebentar saja, karena tidak mengakar. Pada saat ujian integritas dan penderitaan datang, antusiasme itu pun lenyap (ayat 21).

Injil memang membawa sukacita. Keselamatan kekal dan damai sejatera diberikan (bdk. Rm 5:1-2). Walaupun demikian, tetapi tidak semua orang yang bergembira pada saat mendengarkan injil telah menerima injil itu dengan sungguh-sungguh. Sukacita sejati dari injil bersifat permanen dan tidak dibatasi oleh keadaan. Sukacita ini bahkan semakin terlihat jelas pada waktu ada penderitaan. Ada harga yang harus dibayar pada saat seseorang mau menerima firman Tuhan (ayat 21b “apabila datang penganiayaan dan penindasan karena firman itu”).

 

Kita perlu berhati-hati dengan situasi ini. Ada beragam alasan mengapa orang-orang yang mengaku dirinya Kristen dapat bergembira. Mereka mungkin memiliki status ekonomi dan karir yang lebih baik sesudah masuk ke gereja. Sebagian mungkin mengalami mujizat. Mereka mendapatkan komunitas yang ramah dan baik. Khotbah-khotbah yang didengarkan bersifat menghibur. Namun, tanpa penerimaan injil yang sungguh-sungguh, semua keuntungan ini hanya berada di permukaan belaka. Tidak ada akar yang kuat.

3. Mencintai Firman - ayat 7,22

Mencintai Firman: 

- melakukan Firman Tuhan

- menjauhi semua yang dilarang Tuhan

- menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan

Matius 19:16-22 – pemuda yang mengerti Firman TUHAN, hafal, melakukan karena tuntutan tetapi masih mencintai harta lebih dari TUHAN.

 

Ketiga, benih yang jatuh di semak duri sehingga mati terhimpit oleh semak itu (13:7). Salah satu musuh para petani adalah rumput liar dan semak duri. Kadangkala rumput liar dan semak sudah dicabut, tetapi sisa akarnya masih tertinggal di dalam tanah. Akibatnya, mereka dengan cepat bertumbuh kembali, bahkan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Karena tingkat ketahanan dan pertumbuhan mereka yang tinggi, tanaman agrikultural yang sudah tumbuh terdesak. Semak duri menghabiskan air dan nutrisi dalam tanah. Semak juga melilit tanaman tersebut sehingga tidak dapat bertumbuh dengan baik.

Tipe benih yang ketiga ini merujuk pada orang-orang yang mendengar firman tetapi kecintaan terhadap dunia membuat mereka tidak dapat berbuah (13:22). Dalam hal ini kita perlu mengetahui bahwa terjemahan LAI:TB dan NIV “kekuatiran” seharusnya “perhatian” (mayoritas versi). 

 

Bagian selanjutnya dari ayat ini berbicara tentang tipu daya kekayaan. Ini tentang mereka yang menginginkan kekayaan, bukan tentang mereka yang kuatir tentang kebutuhan mereka. Ini tentang kenyamaman dan kemewahan hidup, bukan penganiayaan dan penderitaan.

 

Kecintaan terhadap dunia membuat mereka tidak berani berkorban demi pertumbuhan rohani mereka. Hobi menyedot perhatian dan waktu mereka. Ambisi dalam pekerjaan dan karir menguras tenaga mereka. Demi uang mereka rela meninggalkan ibadah. Tidak jarang kebenaran dijual untuk meraih impian mereka. Pendeknya, disiplin rohani adalah hal terakhir yang mereka lakukan jika mereka masih memiliki waktu.

 

4. Berbuah - ayat 8,23

- mendengar dengan hati

- mengerti dengan sungguh-sungguh

- menghayati ajaran, doktrin, atau nilai Firman Tuhan sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku

- konsisten berpegang kepada Firman Tuhan

 

Keempat, benih yang jatuh di tanah yang subur dan berbuah banyak (13:8). Menurut ukuran agrikultural waktu itu, menghasilkan buah 10 kali lipat sudah tergolong banyak, karena rata-rata panen hanya 7,5. Berbuah 30, 60, atau 100 kali lipat menunjuk pada hasil yang sangat banyak, terlepas dari majas hiperbola yang digunakan di sini. Hasil yang berbeda (30, 60, dan 100) dipengaruhi oleh kualitas tanah di beberapa tempat di ladang yang sama. Perbedaan ini tidak terlalu penting, karena semua bagian itu tetap memberikan hasil yang sangat memuaskan.

 

Benih yang ke-4 ini menunjuk pada mereka yang mendengar dan mengerti firman Tuhan. Seperti sudah diterangkan di bagian awal, pengertian ini bersifat spiritual, bukan sekadar intelektual. Lukas 8:15 menambahkan bahwa orang-orang ini menyimpan firman itu dalam hati mereka yang baik sehingga dapat berbuah. Yang ditegaskan di sini adalah internalisasi dan konsistensi untuk memegang firman itu. Perubahan terjadi di dalam hati, bukan hanya pada batas pikiran atau perasaan belaka. Perubahan ini juga terus-menerus, tidak peduli di tengah situasi seperti apapun.

 

RESPON YANG BENAR AKAN KARUNIA KERAJAAN SORGA AKAN MENOLONG KITA UNTUK MENJADI DUTA-DUTA KERAJAAN SURGA DI TENGAH DUNIA.

=

GEREJA AKAN BERHASIL MENGHADIRKAN SORGA DI ATAS BUMI

 

 

Komentar