Langsung ke konten utama

MENYAMBUT KERJAAN TUHAN

 MENYAMBUT KERJAAN TUHAN

Markus 10:15

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan TUHAN seperti seorang anak keciL, ia tidak akan masuk Ke dalamnya.“

 

Suatu hari, orang-orang membawa kanak-kanak kepada Yesus agar Dia dapat memberkati mereka. Para murid merasa tidak senang. Yesus marah dan menyuruh mereka untuk membiarkan kanak-kanak itu datang kepadaNya. Kemudian Dia berkata, "Barang siapa tidak menyambut Kerajaan TUHAN sebagaimana layaknya seorang anak kecil maka dia tidak akan dapat memasukinya" (Markus 10:13-16).

 

Penting untuk diingat bahwa sebelumnya Yesus telah mengatakan kepada para muridNya bahwa, “Misteri Kerajaan TUHAN telah dipercayakan kepadamu” (Markus 4:11). Karena Kerajaan TUHAN pula, mereka telah meninggalkan segala sesuatunya dan mengikuti Yesus. Mereka mencari kehadiran TUHAN; mereka ingin menjadi bagian dari KerajaanNya. Namun sekarang Yesus memperingatkan mereka bahwa dengan menolak kanak-kanak, mereka sebenarnya sedang menutup satu-satunya jalan masuk ke dalam Kerajaan TUHAN yang sangat mereka harapkan.!

Menerima Kerajaan TUHAN seperti seorang anak kecil berarti menerimanya dengan sikap yang polos, rendah hati, penuh keyakinan dan sungguh-sungguh sehingga meninggalkan dosa serta menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan TUHAN selaku Bapa sorgawi 

 

Seperti anak-anak
Perhatian terhadap anak-anak di zaman modern ini sudah cukup baik. Orang tua masa kini mengupayakan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Makanan pun selalu diusahakan makanan sehat, bukan asal kenyang.

Budaya Yahudi menganggap anak-anak tidak berarti apa-apa. Budaya tersebut mempengaruhi kesan awal para murid ketika orang membawa anak-anak kecil pada Yesus. Bagi mereka, anak-anak merupakan gangguan. Sebab itu mereka melarang orang membawa anak-anak kepada Yesus. Namun Yesus tidak berpikir begitu. Ia marah ketika anak-anak itu dihalang-halangi untuk datang kepada-Nya (ayat 14). Akan tetapi, Yesus malah memeluk dan memberkati mereka. Tindakan ini memperlihatkan bahwa Tuhan tidak menyepelekan anak-anak. Ia menghargai anak-anak. Mereka adalah milik-Nya juga. Ia tahu bahwa mereka pun memerlukan Dia, dan karena itu mereka pun harus dilayani. Sebab itu orang dewasa seharusnya membuka jalan bagi anak-anak untuk datang pada Yesus dan bukan malah jadi penghalang. 

 

Selain itu, Yesus juga memperlihatkan kualitas seorang anak sebagai gambaran penting bagi orang yang ingin memasuki kerajaan TUHAN (ayat 14). Ia memang tidak menjabarkan kualitas macam apa yang dimiliki anak-anak. Namun mari kita perhatikan kualitas yang dimiliki anak-anak tanpa melihat latar belakang ras, budaya, atau apapun. Anak-anak dimanapun selalu berpikir sederhana. Mereka juga selalu merasa membutuhkan pertolongan orangtuanya. Maka bila merasa membutuhkan pertolongan dan perhatian, tanpa malu-malu mereka akan dengan segera berteriak meminta pertolongan dan perhatian orangtuanya. Inilah kualitas yang perlu ada dalam diri orang yang memasuki kerajaan Allah. Ketika me-nyadari bahwa diri kita perlu Tuhan, janganlah mempertimbangkan terlalu banyak hal yang memberatkan kita untuk datang pada Dia. Seperti seorang anak, datanglah segera secara spontan dan nyatakan bahwa kita memerlukan Dia. Niscaya Dia akan menyambut kita.

Di tengah perbincangan Yesus dengan para murid tentang ketidakmengertian mereka terhadap topik perceraian, para murid merasa terganggu dan marah. Mengapa? Karena ada orang-orang yang secara spontan membawa anak-anak mereka untuk Yesus jamah. Kemungkinan besar kemarahan mereka ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, konsentrasi mereka terganggu; kedua, mereka tidak ingin Guru mereka direpotkan oleh anak-anak, dan ketiga, tradisi. Dalam agama Yahudi anak-anak sama sekali tidak ada harganya, termasuk tidak memiliki hak untuk menjadi anak-anak Allah. Pemahaman poin ketiga inilah yang Yesus jadikan senjata untuk mengubah pandangan tersebut.

Jika para murid marah melihat orang-orang yang mengantarkan anak- anak mereka, Yesus pun marah. Namun kemarahan Yesus tertuju pada tindakan para murid. Dia menolak tindakan tersebut. Jika masyarakat Yahudi menganggap bahwa anak-anak hina, tak berguna apalagi memiliki hak untuk menjadi warga Kerajaan Allah, Yesus bersikap sebaliknya. Ia membiarkan anak-anak itu datang kepada- Nya. Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah justru tersedia bagi yang kecil, yang terhina dan yang tidak berguna (ayat 14)! Ucapan Yesus ini bernada anti-Farisi, artinya Yesus ingin menunjukkan kepada mereka yang beranggapan bahwa hanya orang- orang yang telah melaksanakan hukum menurut pemahaman Farisi sajalah yang berhak masuk ke Kerajaan Allah. Tidak dipungkiri bahwa pemahaman seperti ini masih ada yang meyakini.

Yesus menggunakan keberadaan anak-anak untuk menjelaskan tentang prinsip atau sikap spiritual yang harus orang-orang Kristen laksanakan. Yesus mengajak kita agar belajar dari kepolosan, kesederhanaan, dan kesetiaan yang dimiliki oleh anak-anak ketika kita menyambut Kerajaan Allah.

Renungkan: Hanya dengan keberadaan yang kecil, rendah, dan hina itulah kita tertunduk dan takluk kepada Allah.

 

Arti kata:

 

Menyambut = menerima, memberi tanggapan, menangkap, menyongsong  = tindakan aktif dan tindakan itu menentukan keadaan kita sekarang.

Kerajaan TUHAN berbicara tentang pemerintahan yang didirikan oleh TUHAN, yang sifatnya kekal, sukacita dan damai, dalam hidup manusia. 

Kerajaan TUHAN adalah sarana untuk menyatakan kasih - maksud-tujuan-misi TUHAN bagi keselamatan manusia, sampai manusia mencapai kehidupan kekal bersamaNYA.

Aorist adalah untuk menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan. Tidak menyatakan terus-menerus atau berulang kali, melainkan perbuatan pada satu titik waktu

Tuhan Yesus rindu agar umatNya mengalami Kerajaan TUHAN dalam hidupnya, yang bukan saja akan kita alami saat kita bertemu dengan Dia di sorga kelak, tetapi Kerajaan TUHAN itu seharusnya juga kita alami saat kita masih hidup di bumi ini.  Ada pun yang menjadi ukuran bahwa kita mengalami kerajaanNya bukanlah dari banyaknya harta yang kita miliki (uang, mobil mewah, rumah megah) atau tingginya jabatan dan kedudukan kita dalam masyarakat,.  

"Sebab Kerajaan TUHAN bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  

 

(Roma 14:17).  Mengalami Kerajaan TUHAN berarti dalam hidup kita ada sukacita, ketenangan, damai sejahtera dan sebagainya. 

 

Tuhan Yesus menyuruh kita minta supaya Kerajaan itudatang ke bumi.

Menyambut Kerajaan TUHAN berarti menerima dengan hati yang terbuka, menanggapi dengan respon yang  baik, menangkapnya karena menginginkannya,  dan menyongsong Kerajaan TUHAN dengan pengharapan/kerinduan. Syarat menyambut Kerajaan TUHAN adalah memiliki sikap seorang anak.  Matius 18:3 - “Aku berkata kepadamu sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”

Menyambut Kerajaan TUHAN sebagaimana layaknya kanak-kanak”? Secara umum kita mengartikannya sebagai “menyambut Kerajaan TUHAN sebagaimana layaknya kanak-kanak menyambutnya.

 

Ini merupakan hal yang kontras dengan kenyataan yang ada, karena biasanya kita menganggap anak-anak tidak tahu apa-apa ... Tidak mengerti apa-apa.

Matius 18:3 - “Jika engkau tidak mengubah hatimu dan menjadi seperti kanak-kanak maka engkau tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Matius 18:3). ≠kekanak-kanakan, ada hal2 positif dari sikap anak yang harus kita teladani ...

 

1. Rasa percaya penuh/berserah

Seorang anak kecil memiliki kepercayaan penuh kepada ayahnya:

-  dia tidak takut, karena yakin akan kemampuan orangtuanya

- dia tidak pernah kuatir tentang apapun karena semua kebutuhannya terpenuhi.

Anak seusia ini akan mempercayai perkataan apapun yang disampaikan orangtuanya. Mereka akan percaya janji yang disampaikan ayah dan ibunya bulat-bulat, tanpa memikirkan apakah orangtuanya memiliki kemampuan untuk mewujudkan janji tersebut.


Orang percaya seharusnya: 

- Memiliki kepercayaan penuh kepada Bapa. Dia tidak takut, karena yakin kepada siapa dia percaya. Mazmur 56:5 

- Percaya kepada Bapa membuat kita tidak kuatir karena percaya bersama Bapa semua akan terkendali. Mazmur 23:1


Mazmur 56:5 - ...kepada TUHAN, yang firman-Nya kupuji, kepada TUHAN aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? = sekalipun manusia berusaha merancangkan yang buruk, TUHAN sanggup mengubahnya menjadi kebaikan bagiku, karena BAPA ku dipihakku.

 

Mazmur 13-6a - Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.

 

Mazmur 27:3 - Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.

 

Sama seperti Anak seusia ini akan mempercayai perkataan apapun yang disampaikan orangtuanya. Mereka akan percaya janji yang disampaikan ayah dan ibunya bulat-bulat, tanpa memikirkan apakah orangtuanya memiliki kemampuan untuk mewujudkan janji tersebut.

 

2. Bangga Akan BAPA

- apapun kata temannya, tetap orangtuanya yang terhebat

- apapun kata dunia, DIA tetaplah TUHAN bagi kita dan takkan tergantikan oleh siapapun

- oran percaya tidak boleh malu atau minder, sekalipun kita dianggap minoritas, bahkan kita harus memperkenalkan siapa TUHAN kita. Markus 8:38

 

Anak kecil dalam sifat dasarnya yang belum tercemari apa-apa, rata-rata mengagumi, bangga & memuja orang tuanya. Di mata seorang anak, orang tuanya adalah Tuhan.

 

Markus 8:38 - Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.“

 

Suatu hari seorang guru sekolah minggu memberi tugas kepada murid-muridnya, 'Seperti apa Bapa YAHWEH itu?' Minggu berikutnya, sang guru menagih PR dari setiap murid: "Bagaimana adik-adik? Menurut kalian Bapa itu seperti apa?" "Bapa itu seperti dokter!" ujar seorang anak yang papanya adalah seorang dokter. "Ia sanggup menyembuhkan penyakit seberat apapun!" Anak seorang guru menjawab, "Bapa seperti guru! Dia selalu mengajarkan kita untuk berbuat yang baik dan benar." Anak yang lain tidak mau kalah menjawab, "Bapa seperti hakim. Ia adil dan memutuskan segala perkara di bumi!"
"Menurut aku, Bapa itu seperti arsitek. Dia membangun rumah yang indah untuk kita di surga!" tutur seorang anak yang papanya arsitek. "Bapa itu pokoknya kaya sekali deh! Apa saja yang kita minta Dia punya!" ujar seorang anak konglomerat. Guru sekolah minggu pun tersenyum ketika satu demi satu anak-anak sekolah minggu memperkenalkan sosok Bapa dengan semangat. Tetapi ada satu anak yang sejak tadi diam saja dan nampak risih mendengar jawaban teman-temannya. "Eddy, menurut kamu Allah Bapa itu seperti apa?", tanya sang guru dengan lembut. Ia tahu anak ini tidak seberuntung anak-anak lain dalam hal ekonomi, dan cenderung lebih tertutup. Eddy hampir-hampir tidak dapat mengangkat mukanya, dan suaranya begitu pelan ketika menjawab, "Ayah saya seorang pemulung....jadi saya pikir.....Allah Bapa itu seorang pemulung ulung." Sang guru terkejut bukan main, dan anak-anak lain pun protes mendengar Bapa disamakan dengan pemulung. Eddy mulai ketakutan. "Eddy", ujar sang guru. "Mengapa kamu samakan Allah Bapa dengan pemulung?" Untuk pertama kalinya Eddy mengangkat wajahnya dan menatap ke sekeliling sebelum akhirnya menjawab, "Karena Ia memungut sampah yang tidak berguna seperti Eddy dan menjadikan Eddy manusia baru, Ia menjadikan Eddy anakNya." Memang benar! Bukankah Dia adalah Pemulung Ulung? Dia memungut sampah-sampah seperti saudara dan saya, menjadikan kita anak-anakNya, hidup baru bersama Dia, menjadikan kita biji mata kesayanganNya, bahkan menjadikan kita pewaris Kerajaan TUHAN. TUHAN adalah editor, karena Ia mengedit seluruh jalan hidup saya sampai saat ini.

 

3. Selalu Bergantung

- Seorang anak kecil bergantung penuh kepada orangtuanya. Dalam menjalani hidup sehari-hari, anak yang kecil tidak mungkin hidup oleh dirinya sendiri. Tanpa adanya orangtua atau orang dewasa di sekitar mereka, mereka akan menjadi tidak berdaya.

- Anak kecil tidak malu untuk meminta kebutuhannya, bahkan ia sangat percaya jika ia minta kepada orangtuanya ia akan mendapatkannya. Inilah lambang iman yang sederhana tapi tak tergoyahkan.

 

Apa yang kita lihat dalam Markus 10:13-16 menjadi lebih mengagumkan ketika kita memperhatikan bagian yang mengikutinya. Sebuah ungkapan yang menghubungkan kedua bagian itu adalah: “Kerajaan TUHAN”—berkuasanya TUHAN dalam hati kita (lihat Markus 10:14-15). Kerajaan TUHAN (dan hidup yang kekal di dalamnya) adalah kepunyaan mereka yang bergantung penuh, seperti anak kecil, kepada TUHAN. Merekalah orang-orang yang disambut oleh Yesus (ay.16).

Sebagai kontras, kita melihat seorang pria dewasa berlari tanpa halangan kepada Yesus, tetapi pada akhirnya ia meninggalkan Yesus “sebab banyak hartanya” (ay.22). Tiga kali ungkapan “Kerajaan TUHAN” dipakai dalam ayat 17-27: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam
Kerajaan TUHAN” (ay.23); “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan TUHAN. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan TUHAN” (ay.24-25, cetak miring ditambahkan).

"Sebab Kerajaan TUHAN bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."  (Roma 14:17).  Mengalami Kerajaan TUHAN berarti dalam hidup kita ada sukacita, ketenangan, damai sejahtera dan sebagainya.


Iman sederhana seperti iman seorang anak kecil kepada Yesus adalah lebih baik daripada sikap kebanyakan orang dewasa yang mengandalkan diri sendiri (merasa diri mampu dan beriman hanya untuk hal-hal tertentu saja).
 

Demikian juga seharusnya kita kepada Tuhan, kita harus bergantung sepenuhnya kepada DIA dan jangan sekali-kali "...bersandar kepada pengertianmu sendiri“  (Amsal 3:5)

 

Seringkali kita menjadi sombong dan merasa bisa menjalani hidup ini dengan kekuatan kita sendiri. Kita menjauhkan diri dari Tuhan dan persekutuan orang percaya, mungkin karena terluka atau alasan lainnya. 

 

Sebab " TUHAN menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” 

 (1 Petrus 5:5)

 

Mari kita belajar menjadi seperti seorang anak yang rendah hati, dan menyadari bahwa diri kita tidak sanggup menjalani kehidupan ini tanpa Tuhan. 

 

4. Memiliki Hati yang Tulus 

- seorang anak memiliki "ketulusan" dan "kemurnian" hati = tidak ada kepalsuan/licik. Mereka tidak punya sesuatu yang disembunyikan dan selalu berkata atau bertindak apa adanya 

- inilah sikap yang dibutuhkan untuk menyambut Kerajaan TUHAN 

- orang yang hidup dalam kemunafikan (bermuka dua) tidak akan mengalami Kerajaan Tuhan dalam hidupnya

- Ibrani 10:22 Karena itu marilah kita menghadap TUHAN dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. 

 

Kiranya TUHAN menolong kita dalam perjalanan hidup kita, menghadirkan Kerajaan TUHAN = menerima dengan hati yang terbuka, menanggapi dengan respon yang  baik, menangkapnya karena menginginkannya,  dan menyongsong Kerajaan TUHAN dengan pengharapan/kerinduan

- Percaya Penuh

- Bangga punya BAPA seperti DIA, bawa namaNYA dalam setiap langkah hidup kita.

- Bergantung penuh kepada TUHAN
- Miliki hati yang tulus

 

 

Komentar